SEORANG
TOKOH PENGHUNI SURGA
Seandainya
ada orang yang dilahirkan di Surga, lain dibesarkan dalam haribaannya dan jadi
dewasa, kemudian dibawa ke dunia untuk jadi hiasan dan nur cahaya, maka'Ammar
bersama ibunya Sumayyah dan bapaknya Yasir, adalah beberapa orang di antara
mereka.... Tetapi kenapa kita mengatakan tadi "seandainya",
seolah-olah itu hanya pengandaian belaka, padahal keluarga Yasir benar-benar
penduduk Surga? Ketika Rasululiah saw. bersabda: "Shabar wahai keluarga
Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah Surga!" kata-kata
itu diucapkannya bukanlah hanya sebagai hiburan belaka, tetapi benar-benar
mengakui kenyataan yang diketahuinya dan menguatkan fakta yang dilihat dan
disaksikannya .... Yasir bin 'Amir yakni ayahanda 'Ammar, berangkat
meninggalkan negerinya di Yaman guna mencari dan menemui salah seorang
saudaranya .... Rupanya ia berkenan dan merasa cocok tinggal di Mekah.
Bermukimlah ia di sana dan mengikat perjanjian persahabatan dengan Abu Hudzaifah
ibnul Mughirah .... Abu Hudzaifah mengawinkannya dengan salah seorang sahayanya
bernama Sumayyah binti Khayyath, dan dari perkawinan yang penuh berkah ini,
kedua suami isteri itu dikaruniai seorang putera bernama 'Ammar.... Keislaman
mereka· termasuk dalam golongan yang mula pertama, sebagai halnya orang
shalih;yang diberi petunjuk oleh Allah. Dan sebagai halnya orang-orang shalih
yang termasuk dalam golongan yang mula pertama masuk Islam, mereka cukup
menderita karena siksa dan kekejaman Quraisy .... Orang-orang Quraisy
menjalankan siasat terhadap Kaum Muslimin sesuai suasana. Seandainya mereka ini
golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka hadapi dengan ancaman dan gertakan.
Abu Jahal orang yang menggertaknya dengan ungkapan: "Kamu berani meninggalkan
agama nenek moyangmu padahal mereka lebih baik daripadamu ! Akan kami uji
sampai di mana ketabahanmu, akan kami jatuhkan kehormatanmu, akan kami rusak
perniagaanmu dan akan kami musnahkan harta bendamu!" Dan setelah itu
mereka lancarkan kepadanya perang urat syaraf yang amat sengit. Dan sekiranya
yang beriman itu dari kalangan penduduk Mekah yang rendah martabatnya dan yang
miskin, atau dari golongan budak belian, maka mereka didera dan disulutnya
dengan api bernyala. Maka keluarga Yasir termasuk dalam golongan yang kedua ini
.... Dan soal penyiksaan mereka, diserahkan kepada Bani Makhzum. Setiap hari
Yasir, Sumayyah dan 'Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang demikian panas,
lalu didera dengan berbagai adzab dan siksa! Penderitaan dan pengalaman Sumayyah
dari siksaan ini amat ngeri dan`menakutkan, tetapi tidak akan kita paparkan
panjang lebar sekarang ini. Insya Allah pada kesempatan lain akan -kita
ceritakan pengurbanan dan- keteguhan hati yang ditunjukkan oleh Sumayyah
bersama shahabat-shahabat dan kawan-kawan seperjuangannya di hari-hari yang
bersejarah itu .... Cukuplah kita sebutkan sekarang tanpa berlebih-lebihan
bahwa syahidah Sumayyah telah menunjukkan sikap dan pendirian tangguh, yang
dari awal hingga akhirnya telah membuktikan kepada kemanusiaan suatu kemuliaan
yang tak pernah hapus dan kehormatan yang pamornya tak pernah luntur. Suatu
sikap yang telah menjadikannya seorang bunda kandung bagi orang-orang Mu'min di
setiap zaman, dan. bagi para budiman di sepanjang masa .... Rasulullah saw.
tidak lupa mengunjungi tempat-tempat yang diketahuinya sebagai arena penyiksaan
bagi keluarga Yasir. Ketika itu tidak suatu apa pun yang dimilikinya untuk
menolak bahaya dan mempertahankan diri.'Dan rupanya demikian itu sudah menjadi
kehendak Allah .... Maka Agama baru, yakni Agama Nabi Ibrahim yang suci murni,
suatu Agama yang hendak dikibarkan panji-panjinya oleh Muhammad saw, bukakiah
suatu gerakan perubahan secara vertikal dan horizontal, tetapi merupakan suatu
tata cara hidup bagi manusia beriman. Dan manusia beriman ini haruslah memiliki
dan mewarisi bersama Agama itu secara lengkap dengan kepahlawanan, perjuangan
dan pengurbanannya.... Pengurbanan-pengurbanan mulia yang dahsyat ini tak
ubahnya dengan tumbal yang akan menjamin bagi Agama dan 'aqidah keteguhan yang
takkan lapuk ... .! Ia juga.menjadi contoh teladan yang akan mengisi hati
orang-orang beriman dengan rasa simpati, kebanggaan dan kasih sayang.... Ia
adalah menara yang akan menjadi pedoman bagi generasi-generasi mendatang untuk
mencapai hakikat Agama, kebenaran dan kebesarannya.... Demikianlah, berlaku
pula bagi Agama Islam, qurban dan pengurbanan ini. Makna ini telah dijelaskan
oleh al-Quran kepada Kaum Muslimin bukan hanya pada satu atau dua ayat. Firman
Allah swt.: Apakah manusia mengira bahwa mereha ahan dibiarkan mengatahan:
"Kami telah beriman" padahal mereka belum lagi diuji?(Q.S. 29
al-'Ankabut:2) Apakah halian mengira akan dapat masuh surga, padahal belum lagi
terbukti bagi Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian, begitu pun
orang-orang yang tabah ?(Q.S. 3 Ali Imran: 142) Sungguh, Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, hingga terbuktilah bagi Allah orang-orang Yang
benar dan terbukti pula orang-orang yang dusta.(Q.S. 29 al-'ankabut: 3) Apakah
kalian mengira akan dibiarhan begitu saja, padahal belum lagi terbukti bagi
Allah orang-orang yang berjuang di antara kalian?(Q.S. 9 Attaubat: 16) Allah
tiada hendah membiarhan orang-orang beriman dalam Keadaan kalian sekarang ini,
hingga dipisahhan-Nya mana-mana yang jelek daripada yang baik.(Q.S. 3 Ali
Imran: 179) Dan mushibah yang telah menimpa halian di saat berhadapannya dua
pasukan, adalah dengan idzin Allah, yakni agar terbukti baginya orang-orang
yang beriman!"(Q.S. 3 Ali Imran: 166) Memang, demikianlah Al-Qur'an
mendidik putera dan para pendukungnya bahwa pengurbanan merupakan esensi atau
sari dari keimanan, dan bahwa kepahlawanan menghadapi kekejaman dan kekerasan
dihadapi dengan keshabaran, keteguhan dan pantang mundur, hanyalah akan
membentuk keutamaan iman yang cemerlang dan mengagumkan .... Oleh sebab itu di
kala sedang meletakkan dasarnya, memancangkan tiang-tiang dan mengemukakan
model contohnya, hendaklah Agama Allah ini memperkukuh diri dengan pengurbanan
jiwa dan memhersihkan jiwa dengan pengurbanan harta, maka terpilihlah untuk
kepentingan mulia ini beberapa orang putera, para pemuka dan tokoh-tokoh
utamanya untuk menjadi ikutan sempurna dan teladan istimewa bagi orang-orang
beriman yang menyusul kemudian! Maka Sumayyah ...,Yassir...,dan 'Ammar dari
golongan luar biasa yang beroleh barkah ini, adalah pilihan dari taqdir, yang
dengan pengurbanan, ketekunan dan keuletan mereka itu, dapat memateri kebesaran
dan keabadian Islam secara kuat dan kukuh .... Telah kita katakan tadi bahwa
Rasulullah saw. tiap hari berkunjung ke tempat disiksanya keluarga Yasir,
mengagumi ketabahan dan kepahlawanannya ...,sementara hatinya yang mulia
bagaikan hancur karena santun dan belas kasihan menyaksikan mereka menerima
siksa yang tak terderitakan lagi. Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. mengunjungi
mereka, 'Ammar memanggilnya, katanya: "WahaiRasulullah, adzab yang kami
derita telah sampai ke puncak". Maka seru Rasulullah saw.:
"Shabarlah, wahai Abal Yaqdhan .... "Shabarlah, wahai heluarga Yasir
.... "Tempat yang dijanjikan bagi halian ialah Surga ... .!" Siksaan
yang diami oleh 'Ammar dilukiskan oleh kawan-kawannya dalam beberapa riwayat.
Berkata 'Amar bin Hakam:'Ammar itu disiksa sampai-sampai ia tak menyadari apa
yang diucapkannya" Berkata pula 'Ammar bin Maimun: "Orang-rang musyrik
membakar 'Ammar bin Yasir dengan api. Maka Rasulullah saw. lewat di tempatnya
lain memegang kepalanya dengan tangan beliau, sambil bersabda: "Hai api,
jadilah kamu sejuk dingin di tubuh 'Ammar, sebagaimana dulu hamu juga sejuk
dingin di tubuh Ibrahim...!" Bagaimanapun juga, semua bencana itu tidaklah
dapat menekan jiwa 'Ammar, walau telah menekan punggung dan menguras tenaganya.
Ia baru merasa dirinya benar-benar celaka, ketika pada suatu hari tukang-tukang
cambuk dan para penderanya menghabiskan segala daya upaya dalam melampiaskan
kedhaliman dan kekejannya...., semenjak hukuman bakar dengan besi panas, sampai
disalib di atas pasir panas dengan ditindih batu laksana bara merah, bahkan
sampai ditenggelamkan ke dalam air hingga sesak nafasnya dan mengelupas
kulitnya yang penuh dengan luka. Pada hari itu, ketika ia telah tak sadarkan
diri lagi karena siksaan yang demikian berat, orang-orang itu mengatakan
kepadanya: "Pujalah olehmu tuhan-tuhan kami!", lain diajarkan mereka
kepadanya kata-kata pujaan itu, sementara ia mengikutinya tanpa menyadari apa
yang diucapkannya. Ketika ia siuman sebentar akibat dihentikannya siksaan,
tiba-tiba ia sadar akan apa yang telah diucapkannya ...,maka hilanglah akalnya
dan terbayanglah di ruang matanya betapa besar kesalahan yang telah dilakukannya,
suatu dosa besar yang tak dapat ditebus dan diampuni lagi ...,hingga beberapa
saat dirasakannya siksaan orang-orang musyrik terhadap dirinya sebagai obat
pembalur luka dan suatu keni'matan juga ....! Dan seandainya ia dibiarkan dalam
perasaan itu agak beberapa jam saja, tak dapat tiada tentulah akan membawa
ajalnya ... 'Ammar dapat bertahan menanggungkan semua siksa yang ditimpakan
atas tubuhnya, ialah karena jiwanya sedang berada pada kondisi puncak. Tetapi
sekarang ini, demi disangkanya jiwanya telah menyerah kalah, maka dukacita dan
sesal kecewa hampir saja menghabiskan tenaga dan melenyapkan nyawanya ....
Tetapi iradat Allah Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi telah memutuskan agar
peristiwa yang' mengharukan itu mencapai titik kesudahan yang amat luhur... Dan
tangan wahyu yang penuh berkah itu pun terulurlah menjabat tangan'Ammar, sambil
menyampaikan ucapan selamat kepadanya: "Bangunlah hai pahlawan .. · ·! Tak
ada sesalan atasmu dan tak ada cacat" Ketika Rasulullah saw. menemui
shahabatnya itu didapatinya ia sedang menangis, maka disapunyalah tangisnya itu
dengan tangan beliau seraya sabdanya: "Orang-orang hafir itu telah
menyiksamu dan menenggelamkanmu ke dalam air sampai kamu mengucapkan begini dan
begitu …?" "Benar': wahai RasuIullah': ujar 'Ammar sambil meratap.
Maha sabda Rasulullah sambil tersenyum: "Jika mereka memaksaimu lagi,
tidak apa, ucapkanlah seperti apa yang kamu katakan tadi ....!" Lalu
dibacakan Rasulullah kepadanya ayat mulia berikut ini: Kecuali orang yang
dipaksa, sedang hatinya tetap teguh dalam keimanan ...(Q.S. 16 an-Nahl: 106)
Kembalilah 'Ammar diliputi oleh ketenangan dan dera yang menimpa tubuhnya:
bertubi-tubi tidak terasa sakit lagi, dan apa juga yang akan terjadi,
terjadilah dan ia tidak akan peduli. Jiwanya berbahagia, keimanannya di fihak
yang menang! Ucapannya yang dikeluarkan secara terpaksa itu dijamin bebas oleh
al-Quran, maka apa lagi yang akan dirisaukannya….? 'Ammar menghadapi cobaan dan
siksaan itu dengan ketabahan luar biasa, hingga pendera-penderanya merasa lelah
dan menjadi lemah, dan bertekuk lutut di hadapan tembok keimanan yang maha
kukuh ....! Setelah pindahnya Rasulullah saw. ke Medinah, Kaum Muslimin tinggal
bersama beliau bermukim di sana, secepatnya masyarakat Islam terbentuk dan
menyempurnakan barisannya. Maka di tengah-tengah masyarakat Islam yang beriman
ini 'Ammar pun mendapatkan kedudukan yang tinggi Rasulullah saw. amat sayang
kepadanya, dan beliau sering membanggakan keimanan dan ketaqwaan 'Ammar kepada
para shahabat. Bersabda Rasulullah saw: "Diri 'Ammar dipenuhi keimanan
sampai ke tulang punggungnya…..!" Dan sewaktu terjadi selisih faham antara
Khalid bin Walid dengan 'Ammar, Rasulullah saw. bersabda: "Siapa yang
memusuhi 'Ammar, maka ia akan dimusuhi Allah, dan siapa yang membenci 'Ammar,
maka ia akan dibenci Allah! " Maka tak ada pilihan bagi Khalid bin Walid
pahlawan Islam itu selain segera mendatangi 'Ammar untuk mengakui kekhilafannya
dan meminta ma'af ....! Suatu peristiwa terjadi pula ketika Rasulullah saw.
bersama para shahabat mendirikan mesjid di Madinah, yakni tiada lama setelah
kepindahannya ke sana. Imam Ali karamallahu wajhah menggubah sebuah bait sya'ir
yang didendangkan berulang-ulang diikuti oleh Kaum Muslimin yang sedang bekerja
itu, dan baitnya adalah sebagai beribut: "Orang yang memakmurkan mesjid
nilainya tidak sama.... Sibuk bekerja sambil duduk di sini berdiri di sana ....
Sedang pemalas lari menghindar tertidur di sana…." Kebetulan waktu itu
'Ammar sedang bekerja di salah satu sisi bangunan. Ia juga turut berdendang, mengulang-ulangnya
dengan nada tinggi .... Salah seorang kawan menyangka bahwa 'Ammar bermaksud
dengan nyanyian itu hendak menonjolkan dirinya, hingga di antara mereka terjadi
pertengkaran dan keluar kata-kata yang menunjukkan kemarahan. Mendengar itu
Rasulullah murka, sabdanya: "Apa mahsud mereka terhadap 'Ammar ....?
Diserunya mereka ke Surga, tapi mereka hendak mengajaknya ke neraha ....!
Sungguh, 'Ammar adalah biji matahu sendiri... .!" Jika Rasulullah saw.
telah menyatakan kesayangannya terhadap seorang Muslim demikian rupa, pastilah
keimanan orang itu, kecintaan dan jasanya terhadap Islam, kebesaran jiwa dan
ketulusan hati serta keluhuran budinya telah mencapai batas dan puncak
kesempurnaan…..! Demikian halnya 'Ammar ....! Berkat ni'mat dan petunjuk-Nya,
Allah telah memberikan kepada 'Ammar ganjaran setimpal, dan menilai takaran
kebaikannya secara penuh. Hingga disebabkan tingkatan petunjuk dan keyakinan
yang telah dicapainya, maka Rasulullah menyatakan kesucian imannya dan
mengangkat dirinya sebagai contoh teladan bagi para shahabat, sabdanya:
"Contoh dan ikutilah setelah kematianku nanti Abu Bakar dan Umar dan
ambillah pula hidayah yang dipakai 'Ammar untuk Jadi bimbingan!" Mengenai
perawakannya, para ahli riwayat melukiskannya sebagai berikut: Ia adalah seorang
yang bertubuh tinggi dengan bahunya yang bidang dan matanya yang biru
...,seorang yang amat pendiam dan tak suka banyak bicara .... Nah, bagaimanakah
kiranya garis kehidupan raksasa pendiam yang bermata biru dan berdada lebar,
serta tubuhnya penuh dengan bekas-bekas siksaan kejam, dan di waktu yang
bersamaan jiwanya telah ditempa dengan ketabahan yang amat mengagumkan dan
kebesaran yang luar biasa ... ? Bagaimanakah jalan kehidupan yang ditempuh oleh
pengikut yang jujur dan Mu'min yang tulus serta pejuang yang berani mati ini
.:..; ? Sungguh telah diterjuninya bersama Rasulullah sebagai gurunya semua
perjuangan bersenjata, baik.Badar, Uhud, Khandaq, Tabuk ... pendeknya semua
tanpa keculali .... Dan tatkala Rasulullah telah mendahuluinya ke ar Rafiqul A'la,
maka raksasa ini tidaklah berhenti, tetapi melanjutkan perjuangannya
terus-menerus .... Di kala Kaum Muslimin berhadap-hadapan dengan kaum Persi dan
Romawi, begitu juga ketika menghadapi pasukan kaum murtad,'Ammar selalu berada
di barisan pertama ..., sebagai seorang prajurit yang gagah perkasa dengan
tebasan pedangnya yang tak pernah meleset, ia sebagai seorang Mu'min yang
shalih dan mulia tidak satu pun yang dapat menghalanginya dalam mencapai ridla
Allah. Dan tatkala Amirul Mu'minin Umar memilih calon-calon wail negeri secara
cermat dan hati-hati bagi Kaum Muslimin, maka matanya tetap tertuju dan tak
hendak beralih dari 'Ammar bin Yasir .... Ia segera menemuinya dan
mengangkatnya sebagai wali negeri Kufah dengan Ibnu Mas'ud sebagai
·Bendaharanya. Dan kepada penduduknya Umar menulis sepucuk surat berita gembira
dengan diangkatnya wali negeri baru itu, katanya: "Saya kirim kepada
tuan-tuan 'Ammar bin Yasir sebagai 'Amir, dan Ibnu Mas'ud sebagai Bendahara dan
Wazir ....Kedua mereka adalah orang-orang pilihan, dari golongan shahabat
Muhammad saw., dan termasuk pahlawan-pahlawan Badar... .!" Dalam
melaksanakan pemerintahan,'Ammar melakukan suatu sistim yang rupanya tidak
dapat diikuti oleh ouang-orang yang rakus akan dunia, hingga mereka mengadakan
atau hampir mengadakan persekongkolan terhadap dirinya . · · · Pangkat dan
jabatannya itu tidak menambah kecuali keshalihan, zuhud dan kerendahan hatinya.
Salah seorang yang hidup semasa dengannya di Kufah, yaitu Ibnu Abil Hudzail,
bercerita: "Saya lihat 'Ammar bin Yasir sewaktu menjadi 'Amir di Kufah,
membeli Sayuran di pasar lain mengikatnya dengan tail dan memikulnya di atas
punggung, dan membawanya pulang….". Dan salah seorang awam berkata
kepadanya sewaktu ia menjadi Amir di Kufah itu: "Hai yang telinganya
terpotong!", menghinanya dengan telinganya yang putus ketika menghadapi
orang-orang murtad di pertempuran Yamamah. Tetapi jawaban amir yang memegang
tampuk kekuasaan itu tidak lebih dari: "Yang kamu cela itu adalah
telingaku yang terbaik ... · Karena ia ditimpa kecelakaan waktu perang fi
sabilillah Memang, telinganya itu putus dalam perang sabil di Yamamah · .
.,yakni salah satu diantara hari-hari gemilang bagi 'Ammar….Raksasa ini maju
bagaikan angin topan dan menyerbu barisan tentara Musailamatul Kadzab sehingga
melumpuhkan kekuatan musuh ... · Ketika dilihatnya gerakan Muslimin mengendor
segera dibangkitkannya semangat mereka dengan seruannya yang gemuruh, hingga
mereka kembali maju menerjang bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya · ·
· · Abdullah bin Umar r.a. menceritakan peristiwa itu sebagai berikut : 'Waktu
perang Yamamah saya lihat 'Ammar sedang berada di atas sebuah batu karang. Ia
berdiri sambil berseru: "Hai Kaum Muslimin, apakah tuan-tuan hendak lari
dari Surga ...? Inilah saya 'Ammar bin Yasir, kemarilah tuan-tuan…..! Ketika
saya melihat dan memperhatikannya, kiranya sebelah telinganya telah putus
beruntai-untai, sedang ia berperang dengan amat sengitnya ...! Wahai, barang
siapa yang masih meragukan kebesaran Muhammad saw., seorang Rasul yang benar
dan guru yang sempurna, baiklah ia berdiri sejenak di hadapan contoh-contoh
yang telah ditunjukkan oleh para pengikut dan shahabatnya, lalu bertanya kepada
dirinya: "Siapakah yang akan mampu mengemukakan teladan dan contoh luhur
ini kalau bukan seorang Rasul mulia dan maha guru utama?" Jika mereka
menerjuni suatu perjuangan di jalan Allah, pastilah mereka akan maju ke depan
bagaikan orang yang hendak mencari maut dan bukan merebut kemenangan ....! Jika
mereka para khalifah dan hakim-hakim pengadilan, maka mereka takkan keberatan
memerahkan susu untuk wanita janda tua atau mengadon tepung roti untuk
anak-anak yatim, sebagai dilakukan oleh Abu Bakar dan Umar. Dan jika mereka
para pembesar, maka mereka takkan main dan merasa segan untuk memikul makanan
yang diikat dengan tali di atas punggung mereka, seperti kita saksikan pada
'Ammar; atau menyerahkan gaji yang menjadi haknya lalu pergi menjalin daun
kurma untuk kantong atau bakul sebagai yang diperbuat oleh Salman....! Wahai,
marilah kita tekurkan kening dan tundukkan kepala kita, sebagai ta'dhim dan
penghormatan kepada Agama yang telah mengajari mereka semua, dan kepada
Rasulullah yang telah mendidik mereka....dan sebelum Agama sertaRasulullah itu,
terutama kepada Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung, yang telah memilih
mereka untuk semua ini, serta menjadikan mereka sebagai pelopor dan sebaik-baik
ummat yang pernah dilahirkan sebagai teladan bagi seluruh manusia .... Ketika
itu Hudzaifah ibnul Yaman seorang yang ahli tentang bahasa rahasia dan bisikan
ghaib, sedang berkemas-kemas menghadapi panggilan Ilahi menghadapi sekarat
mautnya. Kawan-kawannya yang sedang berkumpul sekelilingnya menanyakan
kepadanya: "Siapakah yang harus kami ikuti menurutmu, jika terjadi
pertikaian di antara ummat ...?" Sambil mengucapkan kata-katanya yang
akhir, Hudzaifah menjawab: "Ikutilah oleh kalian Ibnu Sumayyah, kauena
sampai matinya ia tak hendak berpisah dengan kebenaran .. !" Benar, 'Ammar
akan tetap mengikuti kebenaran itu ke mana saja perginya .... Dan sekarang sementaua
kita menyelusuri jejak langkahnya, dan-menyelidiki peristiwa-peristiwa penting
dalam kehidupannya, marilah kita pergi menghampiri suatu peristiwa besar .... !
Hanya sebelum kita memperhatikan kejadian yang mempesona dan amat mengharukan
itu, baik tentang keutamaan dan kesempurnaannya, tentang kemampuan dan
keunggulannya, maupun tentang kegigihan dan kesungguhannya. Marilah kita
perhatikan lebih dulu suatu peristiwa lain yang terjadi sebelumnya, ialah
ungkapan Rasulullah melagenai peristiwa yang akan menimpa 'Ammar di kemudian
hari! Hal itu terjadi tidak lama setelah menetapnya Kaum Muslimin di Madinah.
Dan Rasul al-amin yang dibantu oleh shahabat-shahabatnya yang budiman sibuk
dalam membaktikan diri kepada Rabb mereka, membina rumah dan mendirikan
mesjid-Nya. Hati yang beriman dipenuhi kegembiraan dan sinar harapan
menyampaikan puji dan syukur kepada Allah.... ! Semuanya bekerja dengan riang
gembira ...,mengangkut batu, mengaduk pasir dengan kapur atau mendirikan
tembok, sekelompok di sini dan sekelompok lagi di sana, sedang cakrawala
bahagia bergema dipenuhi nyanyian mereka yang dikumandangkan dengan suara merdu
dan seronok: "Andainya kita duduk-duduk berpangku tangan, sedang Nabi
sibuk bekerja tak pernah diam .... Maka perbuatan kita adalah perbuatan sesat
lagi menyesatkan....!" Demikian mereka bernyanyi dan berdendang. Lain
alunan suara mereka menyanyikan lagu lainnya: "Ya Allah, hidup bahagia
adalah hidup di akhirat Berilah rahmat Kaum Anshar dan Kaum Muhajirat Dan
setelah itu terdengar pula lagu ketiga: "Apakah akan sama nilainya... ?
Orang yang bekerja membina masjid Sibuk bekerja, baik berdiri maupun duduk
Dengan yang menyingkir berpangku tangan .... ?" Tak ubahnya mereka bagai
anai-anai yangsedang sibuk bekerja, bahkan mereka adalah balatentara Allah yang
memanggul bendera-Nya dan membina bangunan-Nya. Sementara Rasulullah yang
budiman lagi terpercaya tak hendak terpisah dari mereka, mengangkat batu yang
paling berat dan melakukan pekerjaan yang paling sukar .... dan alunan suara
mereka yang sedang berdendang melukiskan kegembiraan yang tulus dan hati yang
pasrah ...,sedang langit tempat mereka bernaung berbangga diri terhadap bumi
tempat mereka berpijak ..., pendeknya kehidupan yang penuh gairah sedang
menyelenggarakan pesta pora yang paling meriah .... Maka di tengah-tengah
khalayak ramai yang sedang hilir mudik itu, kelihatanlah 'Ammar bin Yasir
sedang mengangkat batu besar dari tempat pengambilannya ke perletakannya.
Tiba-tiba "rahmat kurnia Allah" yakni Muhammad Rasulullah melihatnya,
dan rasa santun belas kasihan telah membawa beliau mendekatinya, dan setelah
berhampiran maka tangan beliau yang penuh barkah itu mengipaskan debu yang
menutupi kepala 'Ammar lain dengan pandangan yang dipenuhi nur ilahi
diamat-amati wajah yang beriman diliputi ketenangan itu, kemudian bersabda di
hadapan semua shahabatnya: "Aduhai Ibnu Sumayyah, ia dibunuh oleh golongan
pendurhaka ....!" Ramalan ini diulangi oleh Rasulullah sekali
lagi...,kebetulan bertepatan dengan ambruknya dinding di atas tempat 'Ammar
bekerja, hingga sebagian kawannya menyangka bahwa ia tewas yang menyebabkan
Rasulullah meratapi kematiannya itu. Para shahabat sama terkejut dan menjadi
ribut karenanya, tetapi dengan nada menenangkan dan penuh kepastian, Rasulullah
menjelaskan: "Tidak,'Ammar tidak apa-apa, hanya nanti ia akan dibunuh oleh
golongan pendurhaha !" Maka wahai, siapakah kiranya yang dimaksud dengan
golongan tersebut .... Dan bilakah serta di manakah terjadinya peristiwa itu
.... ? 'Ammar mendengarkan ramalan itu dan meyakini kebenaran pandangan tembus
yang disingkapkan oleh Rasul yang utama. Tetapi ia tidak merasa gentar, karena
semenjak menganut Islam ia telah dicalonkan untuk menghadapi maut dan mati
syahid di setiap detik baiksiang maupun malam .... Dan hari-hari pun berlalu
...,tahun demi tahun silih berganti. Rasulullah saw. telah kembali ke tempat
tertinggi..., disusul oleh Abu Bakar ke tempat ridla Ilahi ...,lalu
berangkatlah pula Umar pergi mengiringi .... Setelah itu khilafat dipegang oleh
Dzun Nurain Utsman bin 'Affan .... Sementara itu musuh-musuh Islam yang
bergerak di bawah tanah, berusaha menebus kekalahannya di medan tempur dengan
jalan menyebarluaskan fitnah .... Terbunuhnya Umar merupakan hasil pertama yang
dicapai oleh gerakan atau subversi ini, yang gerakannya merembes ke Madinah tak
ubahnya bagai angin panas, dan bergerak dari negeri yang kerajaan dan
singgasananya telah dibebaskan oleh ummat Islam …. Berhasilnya usaha mereka
terhadap Umar membangkitkan minat dan semangat mereka untuk melarnjutkannya,
mereka sebarkan fitnah dan nyalakan apinya di sebagian besar negeri-negeri
Islam. Dan mungkin Utsman r.a. tidak memberikan perhatian khusus terhadap
masalah ini hingga terjadilah pula peristiwa yang menyebabkan syahidnya Utsman
dan terbukanya pintu fitnah yang melanda Kaum Muslimin.... Mu'awiyah * bangkit
hendak merebut jabatan khalifah dari tangan khalifah Ali karamallahu wajhah
yang baru diangkat *) Hampir setiap riwayat hidup para shahabat Rasulullah yang
berusia lanjut yang dipaparkan dalam buku ini ada sangkut pautnya dengan Muawiyah.
Oleh karena itu perlu diungkapkan serba singkat mengenai riwayat hidupnya.
Muawiyah dilahirkan dari keluarga hartawan dan pedagang besar yang menguasai
perekonomian hampir seluruh semenanjung Arabia. Ayahnya bernama Shakhr bin dan
dibai'at. Dan pendirian shahabat pun bermacam-macam, ada yang menghindar dan
mengunci diri di rumahnya, dengan Harb, yang sehari-harinya disebut Abu Sufyan.
Abu Sufyan inilah yang menjadi panglima besar kafir Quraisy pada perang Uhud,
Khandaq dan pemimpin pemerintahan sampai Mekah dibebaskan oleh Rasuiullah.
Ibunya bernama Hindun bin Utbah, seorang wanita lincah, cekatan yang mempunyai
andil besar dalam membantu suami di perang Uhud. Pada waktu perang Badar,
Hindun kehilangan ayah, paman, saudara dan puteranya. Untuk menuntut bela
terhadap keluarganya itu, ia mengupah Wahsyi sebagai pembunuh bayaran untuk
membunuh dan mengambil jantung Hamzah paman Nabi dan syahid agung untuk
dimakannya mentah-mentah. Usaha menuntut bela ini dapat dicapainya. Setelah
Mekah dibebaskan, bersamaan dengan ayahnya ia pun masuk Islam. Setelah masuk
Islam, ia menjadi salah seorang sekretaris Rasulullah saw. Ia pun ikut perang
Hunain dan dengan gagah berani memperlihatkan keperwiraannya sebagai seorang
putera bekas panglima dan mendapat pembagian rampasan perang bersama ayahnya
melebihi yang lain karena keduanya masih muallaf (orang yang barn masuk Islam,
yang mendapat jaminan hidup lebih dari orang yang sudah betul-betul beriman,
supaya tidak murtad lagi). Di zaman Khilafah Abubakar r.a., ia ikut bertempur
melawan Romawi di Syam (Damsyiq) di bawah pimpinan kakaknya Yazid bin Abi
Sofyan. Ketika Yazid wafat, Muawiyah mengambil alih pimpinan pemerintahan dan
kemudian oleh Khalifah Abubakar r.a. ditetapkan, menjadi wall negeri Syam
sebagai pengganti kakaknya itu. Pada masa Khalifah Umar Ibnul Khatthab r.a., ia
masih menjadi wali negeri Damsyiq. Ketika Khalifah Umar r.a. meninjau Syam,
beliau mendapatkan Muawiyah di Istananya yang sangat mewah; Umar berkata:
"INI ADALAH KISRA (KAISAR) ARAB"!! Tidak lama setelah itu, karena
berbagai alasan, Umar memberhentikan dari jabatannya dan Said bin Amir pelopor
hidup sederhana menggantikan Muawiyah. Pada masa Khalifah Utsman, Muawiyah
diangkat kembali menjadi wall negeri seluruh Syria, termasuk Palestina. Banyak
pengaduan rakyat kepada Khalifah Utsman tentang tindakan wall negeri ini,
termasuk keberandalan puteranya. Akan tetapi sebagian besar surat pengaduan itu
tidak disampaikan kepada Khalifah oleh sekretaris beliau yang bernama Marwam
(saudara sepupu Muawiyah). Atas pengkhianatan Marwam initah timbulnya
pemberontakan dan terbunuhnya Khalifah Utsman. Muawiyah adalah seorang jenius,
pintar dan cerdik, politisi dan panglima perang. la mampu menggunakan kekuasaan
dan harta negara dalam mencari kawan dan merangkul bawahan. Ia wafat pada tahun
60 hijrah dalam usia 78 tahun. Semoga Allah menerima amal baktinya. Demikianiah
sekelumit riwayat hidup Muawiyah yang serba singkat (Ed, Pen). SumberBacaan
:Ibnu Hajar al-hsqalani: Tahdzib Attahdzib Jilid 10. Dar Shadar, Beirut, 1968.
Izuddin bin al-atsir: Usdul Ghabah P Ma 'rifatis Shahabah, As-Syu'b, Mesir,
1970. Izuddin bin al-Atsir: AI-Kamil fil Tarikh, Dar Shadar, Beirut, 1965.
Khalid Muhammad Khalid: Ar-Rijal Haulal Raslll, Darul Kutub al-Arabiah, Beirut,
1973. mengambil ucapan Ibnu Umar sebagai semboyannya: "Siapa yang
menyerukan marilah shalat, saya penuhi .... Dan siapa yang mengatakan: marilah
mencapai bahagia, sayaturuti.... Tetapi yang mengatakan: marilah bunuh
saudaramu yang Muslimin dan marilah rampas harta bendanya, maka saya jawab:
tidlak....!" Di antara mereka ada yang berpihak kepada Mu'awiyah. Dan ada
pula yang berdiri mendampingi Ali, membai'at dan pengangkatannya sebagai
khalifahKaum Muslimin .... Dan tahukah anda di pihak mana 'Ammar berdiri waktu
itu? Di pihak siapakah berdirinya laki-laki yang mengenai dirinya Rasulullah
saw. pernah bersabda: "Dan ambillah olehmu petunjuk yang dipakai oleh
'Ammar sebagai bimbingan.... !" Dan bagaimanakah pendirian orang yang
mengenai dirinya Rasulu!lah saw. pernah pula bersabda: "Barangsiapa yang
memusuhi 'Ammar, maka ia akan dimusuhi oleh Allah .... !" Dan orang yang
bila suaranya kedengaran mendekat ke rumah Rasulullah, maka beliau segera
menyambut dengan sabdanya: "Selamat datang bagi orang baik dan diterima
baik idzinkanlah ia masuk .... !" Ia berdiri di samping Ali bin Abi
Thalib, bukan karena fanatik atau berpihak, tetapi karena tunduk kepada
kebenaran dan teguh memegang janji! Ali adalah Khalifah Kaum muslimin, dan
berhak menerima bai'at sebagai pemimpin ummat. Dan khilafat itu diterinmanya,
karena memang ia berhak untuk itu dan lavak untuk menjabatnya . Baik sebelum
maupun sesudah ini, Ali memiliki keutamaan-keutamaan yang menjadikan
bedudukannya di samping Rasulullah tak ubah bagai kedudukan Harun di samping
Musa .... Dengan cahaya pandangan ruhani dan ketulusannya,'Ammar yang selalu
mengikuti kebenaran ke mana juga perginya, dapat mengetahui pemilik hak
satu-satunya dalam perselisihan ini. Dan menurut keyakinannya, tak seorang pun
berhak atas hal ini dewasa itu selain Imam Ali, oleh sebab itulah ia berdiri di
sampingnya .... Dan Ali r.a. sendiri merasa gembira atas sokongan yang
diberikannya itu, mungkin tak ada kegembiraan yang lebih besar daripada itu,
hingga keyakinannya bahwa ia berada di pihak yang benar kian bertambah, yakni selama
tokoh utama pencinta kebenaran 'Ammar datang kepadanya dan berdiri di sisinya
.... Kemudian datanglah saat perang Shiffin yang mengerikan itu. Imam Ali
menghadapi pekerjaan penting ini sebagai tugas memadamkan pembangkangan dan
pemberontakan. Dan 'Ammar ikut bersamanya. Waktu itu usianya telah 93 tahun .
Apa dalam usia 93 tahun ia masih pergi ke medan juang .... ? Benar ...,selama
menurut keyakinannya peperangan itu menjadi tugas kewajibannya .... ! Bahkan ia
melakukannya lebih semangat dan dahsyat dari yang dilakukan oleh orang-orang
muda berusia 30 tahun .... Tokoh yang pendiam dan jarang bicara ini hampir saja
tidak menggerakkan kedua bibirnya, kecuali mengucapkan kata-kata mohon
perlindungan berikut: "Aku berlindung kepada Allah dari fitnah .... Aku
berlindung kepada Allah dari fitnah ....". Tak lama setelah Rasulullah
wafat, kata-kata ini merupakan do'a yang tak putus lekang dari bibirnya. Dan
setiap hari berlalu setiap itu pula ia memperbanyak do'a dan mohon
perlindungannya itu ..., seolah-olah hatinya yang suci merasakan bahaya
mengancam yang semakin dekat dan menghampir juga. Dan tatkala bahaya itu tiba
dan fitnah merajalela, Ibnu Sumayyah telah mengerti di mana ia harus berdiri.
Maka di hari perang Shiffin walaupun sebagai telah kita katakan usianya telah
93 tahun, ia bangkit menghunus pedangnya, demi membela kebenaran yang menurut
keimanannya harus dipertahankan. Pandangan terhadap pertempuran ini telah
dima'lumkannya dalam kata-kata sebagai berikut: "Hai ummat manusia!
Marilah kita berangkat menuju gerombolan yang mengaku-ngaku hndak menuntutkan
bela Utsman! Demi Allah! Maksud mereka bukanlah hendak menuntutkan belanya itu,
tetapi sebenarnya mereka telah merasakan manisnya dunia dan telah ketagihan
terhadapnya, dan mereka mengetahui bahwa kebenaran itu menjadi penghalang bagi
pelampiasan nafsu serakah mereka. Mereka bukan yang berlomba dan tidak termasuk
barisan pendahulu memeluk Agama. Islam. Argumentasi apa sehingga mereka merasa
berhak untuk ditaati oleh Kaum Muslimin dan diangkat sebagai pemimpin, dan
tidak pula dijumpai dalam hati mereka perasaan takut kepada Allah, yang akan
mendorong mereka untuk mengikuti kebenaran .... ! Mereka telah menipu orang
banyak dengan mengakui hendak menuntutkan bela kematian Utsman, padahal tujuan
mereka yang sesungguhnya ialah hendak menjadi raja dan penguasa adikara...
.!" Kemudian diambilnya bendera dengan tangannya, lain dikibarkannya
tinggi-tinggi di atas kepala sambil berseru: "Demi Dzat yang menguasai
nyawaku .... ! Saya telah bertempur dengan mengibarkan bendera ini bersama
Rasulullah saw., dan inilah aku siap berperang pula dengan mengibarkannya
sekarang ini ..... ! Demi nyawa saya berada dalam tangan-Nya .... ! Seandainya
mereka menggempur dan menyerbu hingga berhasil mencapai kubu pertahanan kita,
saya tahu pasti bahwa kita berada di pihak yang haq, dan bahwa mereka di pihak
yang bathil ....!" Orang-orang mengikuti 'Ammar, mereka percaya kebenaran
ucapannya. Berkatalah Abu Abdirrahman Sullami: "Kami ikut serta dengan Ali
r.a. di pertempuran Shiffin, maka saya lihat 'Ammar bin Yasir r.a. setiap ia
menyerbu ke sesuatu jurusan, atau turun ke sesuatu lembah, para shahabat
Rasulullah pun mengikutinya, tak ubahnya ia bagai panji-panji bagi mereka
....!" Dan mengenai ',Ammar sendiri, sementara ia menerjang dan menyusup
ke medan juang, ia yakin akan menjadi salah seorang syuhadanya.... Ramalan
Rasulullah saw terang terpampang di ruang matanya dengan huruf-huruf besar:
"Ammar ahan dibunuh oleh golongan pendurhaha ...': Oleh sebab itu suaranya
bergema di serata arena dengan senandung ini: "Hari ini daku akan berjumpa
dengan para kekasih tercinta .... Muhammad dan para shahabatnya .... !"
Kemudian bagai sebuah peluru dahsyat ia menyerbu ke arah Mu'awiyah dan
orang-orang sekeliiingnya dari golongan Bani Umayyah, lalu melepaskan seruannya
yang nyaring yang menggetarkan: "Dulu kami hantam kalian di saat
diturunkannya. Kini kami hantam lagi kalian karena menyelewengkannya Tebasan
maut menghentikan niat jahat Dan memisahkan kawanan pengkhianat Atau al-Had
berjalan kembali pada relnya" Maksudnya dengan sya'irnya itu, bahwa para
shahabat yang terdahulu dan 'Ammar termasuk salah seorang di antara mereka.
Dulu telah memerangi golongan Bani Umayyah yang dikepalai oleh Abu Sufyan ayah
Muawiyah pemanggul panji-panji syirik dan pemimpin tentara musyrikin ....
Mereka perangi orang-orang itu karena secara terus terang al-Quran
menitahkannya disebabkan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan sekarang di
bawah pimpinan Muawiyah, walaupun mereka telah menganut Islam dan meskipun
al-Quranul Karim tidak menitahkan secara tegas memerangi mereka, tetapi menurut
ijtihad 'Ammar dalam penyelidikannya mengenai kebenaran dan pengertiannya
terhadap maksud dan tujuan al-Quran, meyakinkan dirinya akan kehausan memerangi
mereka, sampai barang haq yang ditumpas itu kembali kepada pemiliknya, serta
api fitnah dan pemberontakan itu dapat dipadamkan untuk selama-lamanya ....
Juga maksudnya, bahwa dulu mereka memerangi orang-orang Bani Umayyah karena
mereka kafir kepada Agama dan kafir kepada al-Quran .... Dan sekarang meueka
menggempur orang-orang itu karena mereka menyelewengkan Agama dan menyimpang
dari ajaran al-Quranul Karim serta mengacaukan ta'wil dan salah menafsirkannya,
dan mencoba hendak menyesuaikan tujuan ayat-ayatnya dengan kemauan dan keinginan
mereka pribadi.... ! Maka tokoh tua yang berusia 93 tahun ini menerjuni akhir
perjuangan hidupnya yang menonjol dengan gagah berani. Dan sebelum ia berangkat
ke rafiqul A'la, ia tanamkan pendidikan terakhir tentang keteguhan hati membela
kebenaran, dan ditinggalkannya sebagai contoh teladan perjuangannya yang besar
dan mulia lagi berkesan dan mendalam .... Orang-orang dari pihak Mu'awiyah
mencoba sekuat daya untuk menghindari 'Ammar, agar pedang mereka tidak
menyebabkan kematiannya hingga ternyata bagi manusia bahwa merekalah
"golongan pendurhaka". Tetapi keperwiraan 'Ammar yang berjuang
seolah-olah ia satu pasukan tentara juga, menghilangkan pertimbangan dan akal
sehat mereka. Maka sebagian dari anak buah Mu'awiyah mengintai-ngintai
kesempatan untuk menewaskannya, hingga setelah kesempatan itu terbuka mereka
laksanakanlah dan tewaslah 'Ammar di tangan tentara Mu'awiyah ...... Sebagian
besar dari tentara Mu'awiyah terdiri dari orang-orang yang barn saja masuk
Agama Islam, yakni orang-orang yang menganutnya tidak lama setelah
bertalu-talunya genderang kemenangan terhadap kebanyakan negeri yang dibebaskan
Islam, balk dari kekuasaan Romawi maupun dari penjajahan Persi. Maka mereka
inilah sebenarya yang menjadi biang keladi dan menyalakan api peuang saudara
yang dimulai oleh pembangkangan Mu'awiyah dan penolakannya untuk mengakui Ali
sebagai Khalifah dan Imam .... ! Jadi mereka inilah yang bagaikan kayu bakar
menyalakan apinya hingga jadi besar dan menggejolak. Dan bagaimana juga
gawatnya pertikaian ini, sedianya akan dapat diselesaikan dengan jalan damai
andainya masih terpegang dalam tangan Muslimin pertama. Tetapi demi bentuknya
jadi meruncing, ia jatuh ke dalam tokoh-tokoh kotor yang tidak peduli akan
nasib Islam hingga api kian menyala dan tambah berkobar.... Berita tewasnya
'Ammar segera tersebar dan ramalan Rasulullah saw. yang didengar oleh semua
shahabatnya sewaktu mereka sedang membina masjid di Madinah di masa yang telah
jauh sebelumnya, berpindah dari mulut ke mulut: "Aduhai Ibnu Sumayyah
...,ia dibunuh oleh golongan pendurhaka!" Maka sekarang tahulah
orang-orang siapa kiranya golongan pendurhaka itu ..., yaitu golongan yang
membunuh 'Ammar ..., yang tidak lain dari pihak Mu'awiyah .... ! Dengan
kenyataan ini semangat dan kepercayaan pengikut-pengikut Ali kian bertambah.
Sementara di pihak Mu'awiyah, keraguan mulai menyusup ke dalam hati mereka,
bahkan sebagian telah bersedia-sedia hendak memisahkan diri dan bergabung ke
pihak Ali .... Mengenai Mu'awiyah, demi mendengar peristiwa yang telah terjadi
ia segera keluar mendapatkan orang banyak dan menyatakan kepada mereka bahwa
ramalan itu benar adanya, dan Rasulullah benar-benar telah meuamalkan bahwa
'Ammar akan dibunuh oleh golongan pemberontak .... Tetapi siapakah yang telah
membunuhnya itu .... ? Kepada orang-orang sekeliling diserukannya: "Yang
telah membunuh 'Ammar ialah orang-orang yang keluar bersama dari rumahnya dan
membawanya pergi berperang ....!" Maka tertipulah dengan ta'wil yang
dicari-cari ini orang-orang yang memendam maksud tertentu dalam hatinya,
sementara pertempuran kembali berkobar sampai saat yang telah ditentukan ....
Adapun 'Ammar, ia dipangku oleh Imam Ali ke tempat ia menshalatkannya bersama
Kaum Muslimin, lalu dimakamkan dengan pakaiannya! Benar, dengan pakaian yang
dilumuri oleh darahnya yang bersih suci! Karena tidak satu pun dari sutera atau
beludru dunia yang layak untuk menjadi kain kafan bagi seorang syahid mulia,
seorang suci utama dari tingkatan 'Ammar.... ! Dan Kaum Muslimin pun berdiri
keheran-heranan di kuburnya .... ! Semenjak beberapa saat yang lalu 'Ammar
berdendang di depan mereka di atas arena perjuangan ...,hatinya penuh dengan
kegembiraan, tak ubah bagai seorang perantau yang merindukan kampung halaman
tiba-tiba dibawa pulang, dan terlompatlah dari mulutnya seruan: "Hari ini
aku akan berjumpa dengan para kekasih tercinta .... Dengan Muhammad saw dan
para shahabatnya....!" Apakah ia telah mengetahui hari yang mereka
janjikan akan bertemu dan waktu yang sangat ia tunggu-tunggu .... ? Para
shahabat saling jumpa-menjumpai dan bertanya: "Apakah anda masih ingat
waktu sore hari itu di Madinah, ketika kita sedang duduk-duduk bersama
Rasululiah saw. ...,dan tiba-tiba wajahnya berseri-seri lalu sabdanya:
"Surga telah merinduhan 'Ammar ....': "Benar", ujar yang lain.
"dan waktu itu juga disebutnya namanama lain yang lain, di antaranya 'Ali,
Salman dan Bilal ....". Nah, bila demikian halnya, maka surga benar-benar
telah merindukan 'Ammar .... ! Dan jika demikian, maka telah lama surga
merindukaya, sedang kerinduannya tertangguh, menunggu 'Ammar menyelesaikan
kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya .... Dan tugas itu telah
dilaksanakannya dan dipenuhinya dengan hati gembira. Maka sekarang ini,
tidakkah sudah selayaknya ia memenuhi panggilan rindu yang datang menghimbau
dari haribaan sura .... ? Menang, datanglah saatnya ia mengabulkan panggilan
itu, karena tak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula .... ! Demikian
dilemparkannya tombaknya, dan setelah itu ia pergi berlalu .... Dan ketika
tanah pusaranya didatarkan oleh para sahabat di atas jasadnya, maka ruhnya yang
mulia telah bersemayam di tempat bahagia ..., nun di sana dalam surga yang
kekal abadi, yang telah lama rindu menanti ....
2014@abdkadiralhamid
http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com/2014/04/amar-bin-yasir-radhiallahu-anhu-seorang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar