Selasa, 21 Oktober 2014

Menahan Lapar Semalaman Karena Menghormati Tamu



Seorang telah datang menemui Rasulullah S.A.W dan telah menceritakan kepada baginda tentang kelaparan yang dialami olehnya. Kebetulan pada ketika itu baginda tidak mempunyai suatu apa makanan pun pada diri baginda maupun di rumahnya sendiri untuk diberikan kepada orang itu. Baginda kemudian bertanya kepada para sahabat, "Adakah sesiapa di antara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tetamunya pada malam ini bagi pihak aku ?"
Seorang dari kaum Ansar telah menyahut, "Wahai Rasulullah S.A.W, saya sanggup melakukan seperti kehendak tuan itu."
Orang Ansar itu pun telah membawa orang tadi ke rumahnya dan menerangkan pula kepada isterinya seraya berkata, "Lihatlah bahwa orang ini ialah tamu Rasulullah S.A.W. Kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikut segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan selagi melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita."
Lalu isterinya menjawab, "Demi Allah! Sebenarnya aku tidak menyimpan makanan pun, yang ada cuma sedikit, itu hanya mencukupi untuk makanan anak-anak kita di rumah ini ?"
Orang Ansar itu pun berkata, "Kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dahulu (anak-anaknya) tanpa memberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk bercengkrama dengan tamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamlah lampu itu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tamu itu tidak akan ketahui bahwa saya tidak makan bersama-samanya."
Rencana itu telah berjalan dengan lancarnya dan seluruh keluarga tersebut termasuk kanak-kanak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk melayani tamu itu makan sehingga terasa kenyang. Berikutan dengan peristiwa itu, Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud, "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan." (Al-Hasy : 9)

Syahid Setelah Mengucapkan Syahadah



Suatu ketika tatkala Rasulullah S.A.W sedang bersiap di medan perang Uhud, tiba-tiba terjadi hal yang tidak terduga. Seorang lelaki yang bernama Amar bin Thabit telah datang menemui baginda. Dia rupanya ingin masuk Islam dan akan ikut perang bersama Rasulullah S.A.W. Amar ini berasal dari Bani Asyahali. Sekalian kaumnya ketika itu sudah Islam setelah tokoh yang terkenal Saad bin Muaz memeluk Islam. Tetapi Amar ini enggan mengikut kaumnya yang banyak itu. Keangkuhan jahiliyyah menonjol dalam jiwanya, walaupun dia orang baik dalam pergaulan. Waktu kaumnya menyerunya kepada Islam, ia menjawab, "Kalau aku tahu kebenaran yang aku kemukakan itu sudah pasti aku tidak akan mengikutnya." Demikian angkuhnya Amar.
Kaum Muslimin di Madinah pun mengetahui bagaimana keanehan Amar di tengah-tengah kaumnya yang sudah memeluk Islam. Ia terasing sendirian, hatinya sudah tertutup untuk menerima cahaya Islam yang terang benderang. Kini dalam saat orang bersiap-siap akan maju ke medan perang, dia segera menemui Nabi S.A.W, menyatakan dirinya akan masuk Islam malah akan ikut berperang bersama angkatan perang di bawah pimpinan Nabi S.A.W. Pedangnya yang tajam ikut dibawanya.
Nabi S.A.W menyambut kedatangan Amar dengan sangat gembira., tambah pula rela akan maju bersama Nabi Muhammad S.A.W. Tetapi orang banyak tidak mengetahui peristiwa aneh ini, karena masing-masing sibuk menyiapkan bekalan peperangan. Di kalangan kaumnya juga tidak banyak mengetahui keIslamannya. Bagaimana Amar maju sebagai mujahid di medan peperangan. Dalam perang Uhud yang hebat itu Amar memperlihatkan keberaniannya yang luar biasa. Malah berkali-kali pedang musuh mengenai dirinya, tidak dipedulikannya. Bahkan dia terus maju sampai saatnya dia jatuh pingsan.
"Untuk apa ikut ke mari ya Amar !" Demikian tanya orang yang heran melihatnya, sebab sangka mereka dia masih musyrik. Mereka kira Amar ini masih belum Islam lalu mengikut saja pada orang banyak. Dalam keadaan antara hidup dan mati itu Amar lalu berkata, "Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah akan memberikan syahidah padaku dalam waktu yang tidak lama lagi."
Amar meninggal. Rohnya mengadap ke hadrat Illahi sebagai pahlawan syahid. Waktu hal ini diketahui Rasul S.A.W, maka baginda pun bersabda,, "Amar itu nanti akan berada dalam syurga nantinya." Dan kaum Muslimin pun mengetahui akhir hayat Amar dengan penuh takjub, sebab di luar dugaan mereka. Malah Abu Hurairah r.a sahabat yang banyak mengetahui hadith Nabi S.A.W berkata kaum Muslimin, "Coba kamu kemukakan kepadaku seorang yang masuk syurga sedang dia tidak pernah beribadah sekalipun juga terhadap Allah."
"Jika kamu tidak tahu orangnya." Kata Abu Hurairah r.a lagi, lalu ia pun menyambung, ujarnya, "Maka baiklah aku beritahukan, itulah dia Amar bin Thabit."
Demikianlah kisah seorang yang ajaib, masuk syurga demikian indahnya. Ia tidak pernah solat, puasa dan lain-lainnya seperti para sahabat yang lain, sebab dia belum memeluk Islam. Tiba-tiba melihat persiapan yang hebat itu, hatinya tergerak memeluk Islam sehingga ia menemui Nabi S.A.W . Ia menjadi Muslim, lalu maju ke medan perang, sebagai mujahid yang berani. Akhirnya tewas dia dengan mendapat syahadah yaitu pengakuan sebagai orang yang syahid. Mati membela agama Allah di medan perang. Maka syurgalah tempat bagi orang yang memiliki julukan syahid. Nabi S.A.W menjamin syurga bagi orang seperti Amar ini. 

KITAB ARKAN BAB 1 : RUKUN SHOLAT اَرْكَانُ الصَّلَاةِ سَبْعَةَعَشَرَ Top of Form JAWA                    :     ...