Minggu, 02 Maret 2014

Bilal Bin Rabah

Selang beberapa waktu usai Nabi Muhammad saw wafat,
sahabat Bilal ra. menghadap Sayyidina Abu Bakar ra
untuk meminta izin meninggalkan Madinah dan pindah ke
wilayah Syam.
“Apa alasanmu wahai Bilal?” tanya Abu Bakar Asshidiq
ra.
"Di sini terlalu banyak kenangan bersama Rasulullah,
sehingga ketika menatap setiap sesuatu yang pernah
Rasulullah ‘sentuh’ , di situ ada banyangan yang mulia,
sehingga hatiku terlalu rapuh dan mata ini terlalu
berat untuk tidak menangis karena kecintaan yang
begitu agung dan tulus,” jawab Bilal.
Setelah diizinkan, Bilal kemudian menetap di desa
Bidariyan, dekat dengan Syam. Bilal pun tak lagi
mengumandangkan azan. Bukan enggan, tetapi karena
tak kuat bila sampai lafal “Asyhadu anna muhammadan
rasulullah”. Perasaannya berkecamuk dan tak kuasa
menahan air mata, teringat akan Rasulullah saw
Syahdan, di zaman khalifah Umar bin Khattab yang
diangkat untuk menggantikan Abu Bakar yang telah
wafat, pada suatu hari, Bilal bermimpi melihat Nabi.
Rasulullah SAW berkata kepada Bilal, "Engkau tega,
wahai Bilal. Kenapa engkau tidak menziarahiku lagi?"
Bilal bergegas bangun setelah ditegur demikian, dan
segera meringkasi barang-
barangnya dan berangkat ke Madinah. Sampai di sana, ia
langsung ke makam Nabi dengan berurai air mata dan
menciumkan wajahnya di makam Nabi.
Setelah berziarah, Bilal menghadap cucu Nabi, Hasan
dan Husain. Keduanya mengatakan kepada Bilal, "Kami
ingin mendengarkan azan-mu, hai muazin Nabi,
sebagaimana pada masa Rasulullah."
Bilal pun naik ke menara, sesaat kemudian terdengar
suara adzan khas bilal yang mampu menggetarkan kota.
Penduduk kota Madinah tersentak kaget, dan puncaknya
ketika sampai pada kalimat asyhadu anna muhammadan
rasulullah, Bilal tak sanggup melanjutkannya.
Sementara itu, hampir semua penduduk Madinah keluar
dari rumah, menuju ke masjid sambil meneriakan kata:
“Apakah Rasulullah diutus kembali?”
Sesampainya di masjid, mereka menangis bersama,
tangis penuh kerinduan, rasa kangen kepada sang
kekasih mulia, Nabi Muhammad saw.
Wahai para pembaca, apakah cinta dan kerinduan itu
hanya milik mereka, atau kita juga merasakan
kerinduan yang sama? Mari Bersholawat! (Ajie
Najmuddin)
* Disarikan dari kitab al-Bidayah wan Nihayah karya
Ibnu Katsir


محمد توفيق الرحمن

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KITAB ARKAN BAB 1 : RUKUN SHOLAT اَرْكَانُ الصَّلَاةِ سَبْعَةَعَشَرَ Top of Form JAWA                    :     ...