Kisah
Ummu Ma’bad sangat masyhur, diriwayatkan dari banyak jalan yang saling
menguatkan satu dengan lainnya.
September
622 M. Secara diam-diam, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar RA, Amir bin Fahira
dan seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith bergegas meninggalkan
Makkah menuju Madinah.
Duabelas
tahun sudah Rasulullah menyebarkan agama Allah di kota Makkah, namun tekanan
dari kafir Quraisy kian gencar.
Bahkan,
kaum kafir Quraisy berniat untuk membunuh Rasulullah beserta sahabatnya yang
telah masuk Islam. Guna menghindari kekejaman kafir Quraisy, Rasulullah pun kemudian
hijrah ke kota Madinah.
Tanpa
perbekalan yang memadai, Rasulullah berangkat menuju Madinah. Sebuah perjalanan
yang tak mudah dan tak juga ringan.
Seperti
diuraikan dalam buku Perempuanperempuan Mulia di Sekitar Rasulullah yang
ditulis Muhammad Ibrahim Salim, di tengah perjalanan menuju kota Madinah,
rombongan Rasulullah lewati sebuah kemah milik seorang wanita tua bernama Ummu
Ma’bad di wilayah Qudaid -antara Makkah dan Madinah. Saat itu, Ummu Ma’bad
sedang duduk di dekat kemahnya. Lantaran perbekalan yang minim, rombongan
Rasulullah pun singgah ke kemah Ummu Ma’bad.
Rasulullah
dan sahabatnya ingin membeli daging dan kurma dari Ummu Ma’bad. Namun, mereka
tidak mendapatkan apa-apa. Saat itu, wilayah Qudaid sedang didera musim
paceklik. Lalu Rasulullah melihat seekor kambing yang ada di dekat kemah Ummu
Ma’bad.
Rasulullah
pun bertanya, “Kambing betina apa ini wahai Ummu Ma’bad?”, Ummu Ma’bad
menjawab, “kambing betina tua yang sudah ditinggalkan oleh kambing jantan.”
Rasulullah kembali bertanya, “Apakah ia masih mengeluarkan air susu?” Ummu
Ma’bad menjawab, “Bahkan ia tak mengandung air susu sama sekali.” Lalu
Rasulullah meminta izin, “Bolehkah aku memerah air susunya?” Ummu Ma’bad
menjawab, “Jika engkau merasa bisa memerahnya, maka silahkan lakukan.” Nabi
Muhammad SAW pun mengambil kambing tersebut dan tangannya mengusap kantong
susunya dengan menyebut nama Allah dan mendo’akan Ummu Ma’bad pada kambingnya
tersebut.
Tiba-tiba
kambing itu membuka kedua kakinya dan keluarlah air susu dengan derasnya.
Kemudian Rasulullah meminta sebuah wadah yang besar lalu beliau memerasnya sehingga penuh. Beliau memberi minum kepada Ummu Ma’bad hingga ia puas, lalu beliau memberi minum rombongannya hingga mereka pun puas.
Kemudian Rasulullah meminta sebuah wadah yang besar lalu beliau memerasnya sehingga penuh. Beliau memberi minum kepada Ummu Ma’bad hingga ia puas, lalu beliau memberi minum rombongannya hingga mereka pun puas.
Setelah
itu beliau pun minum. Beliau kemudian memerah susu untuk kedua kalinya hingga
wadah tersebut kembali penuh, lalu susu itu ditinggalkan di tempat Ummu Ma’bad
dan beliau pun membai’atnya. Setelah itu rombongan pun berlalu.
Tak
lama, datanglah suami Ummu Ma’bad dengan menggiring kambing yang kurus kering,
berjalan sempoyongan karena lemahnya. Setelah melihat susu, ia bertanya
keheranan, “Darimana air susu ini wahai Ummu Ma’bad? padahal kambing ini sudah
lama tidak hamil dan kita pun tidak memiliki persediaan susu di rumah?” Ummu
Ma’bad menjawab, “Demi Allah, bukan karena itu semua.
Sesungguhnya
seseorang yang penuh berkah telah melewati (rumah kita), sifatnya begini dan
begitu.” Abu Ma’bad berkata, “Ceritakanlah kepadaku tentangnya wahai Ummu
Ma’bad.”
Ummu
Ma’bad bertutur: “Aku melihat seorang yang tawadhu (rendah hati). Wajahnya
bersinar berkilauan, baik budi pekertinya, dengan badannya yang tegap, indah
dengan bentuk kepala yang pas sesuai bentuk tubuhnya.” Ia adalah seorang yang
berwajah sangat tampan. Matanya elok, hitam dan lebar, dengan alis dan bulu
mata lebat nan halus. Suaranya bergema indah berwibawa, panjang lehernya idea,
jenggot nya tumbuh tebal dan sangat kontras lagi sesuai warna rambutnya; rapi,
rata pinggir-pinggirnya a (dengan jambangnya) dan antara rambut dan jenggotnya
bersambung rapi.
Jika
ia diam, nampaklah kewibawaannya. Jika ia berbicara nampaklah kehebatannya.
Jika dilihat dari kejauhan, ia adalah orang yang paling bagus dan berwibawa.
Jika dilihat dari dekat, ia adalah orang yang paling tampan, bicaranya
gamblang, jelas, tidak banyak dan tidak pula sedikit. Nada bicaranya
seperti untaian mutiara yang bergu guran.
Beliau
berperawakan sedang, tidak tinggi dan tidak pula pendek. Ia bagaikan sebuah
dahan di antara dua dahan. Diantara ketiga orang itu, penampilannya paling
bagus dan kedudukannya paling tinggi. Ia memiliki banyak teman yang me
ngelilinginya. Jika ia berbicara, maka yang lain pun mendengarkannya. Jika ia
memerintah, maka mereka segera melaksanakannya. Ia adalah orang yang ditaati,
tidak cemberut dan bicaranya tidak sembarangan.
Abu
Ma’bad berkata, “Demi Allah, ia adalah seorang dari Quraisy yang sedang
diperbincangkan di kalangan kami di kota Makkah. Aku ingin menjadi sahabatnya.
Sungguh aku akan melakukannya jika aku bisa menemukan jalan untuk
mendapatkannya.”
Hari
yang penuh kebaikan dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pada hari itu, Ummu
Ma’bad masuk Islam [~Ahli sejarah yang lain mengatakan, Ummu Ma’bad datang
kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah peristiwa itu untuk
menyatakan keislamannya dan berbai’at. Wallahu a’lam~]. Dikisahkan, kambing
Ummu Ma’bad yang diusap oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam panjang
umurnya. Kambing itu tetap hidup sampai masa pemerintahan ‘Umar ibnul Khaththab
radhiyallahu ‘anhu tahun 12 H dan selalu mengeluarkan air susunya saat diperah,
pagi maupun sore hari.
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya …
Ummu Ma’bad Al-Khuza’iyah, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhainya …
Sungguh
terperinci sifat sifat Rasulullah yang dituturkan Ummu Ma’bad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar